5 cm. Semalam nonton film ini bareng anak-anak. Keren. Menunjukkan keindahan Indonesia pada kita.
Filosofi film ini dalam sekali. Berharap anak-anak bisa menangkapnya, minimal anakku yang besar, yang udah ABG, yang mulai naksir cewe, yang mulai lebih suka kumpul sama teman-temannya ☺
Persis tokoh Riani yang berterima kasih pada Genta karena sudah mengajak naik gunung, supaya bisa bercerita pada suami dan anak-anaknya nanti, saya juga merasa bangga pernah naik gunung juga. Cuma pernah, karena cuma pernah tiga kali saja. Kalau diajak lagi sekarang, no thank you. Kangen sih tapi sadar diri aja. Masa kalah sama Ian si pesut Ancol (dalam film 5 cm) yang mampu naik gunung seperti itu? Ah, itu kan cuma di novel atau film. Hahaha ..
Asal muasal saya naik gunung sih bukannya karena saya cinta gunung. Cuma sebagai syarat karena saya jadi anggota pencinta alam ☺ Saya lebih cocok jadi anak Pramuka, karena sejak SD, SMP, SMA aktivitas saya lebih banyak di Pramuka. Sudah jadi passion saya selain organisasi siswa (OSIS) dan senat mahasiswa. Siaga, Penggalang, Penegak saya lewati semua. Camping di halaman sekolah, di lapangan perkemahan sampai di desa-desa saya ikuti. Gerak jalan, lomba ketangkasan juga jadi makanan sehari-hari. Tiap weekend bisa ditebak saya ada di mana. Di sekolah. Sibuk dengan kegiatan Pramuka. Cinta monyet saya juga berawal di Pramuka. Dia kakak kelas yang jadi ketua Pramuka putra pas SMP (istilahnya Pradana), dan saya juga jadi Pradana putri tahun berikutnya.
Saat kuliah, tidak ada kegiatan Pramuka di kampus saya. Adanya di kampus pusat yang udah pindah ke Jatinangor. Kampus saya di Pasirkaliki. Ternyata kegiatan kuliah juga menyita waktu, sehingga saya cuma bisa beraktifitas di dalam kampus. Jadilah saya bergabung dengan pencinta alam di kampus. Atlas Medical Pioneer. Pencinta alam khusus untuk mahasiswa Fakultas Kedokteran UNPAD. Ada sedikit faktor naksir kakak kelas juga sih pas bergabung di AMP itu, hehehe.
Untuk jadi anggota AMP, saya harus ikut Pendidikan Dasar. Lupa tepatnya berapa bulan, 3-6 bulan deh. Saya harus ikut latihan fisik setiap minggu. Lari pagi, lari sore. Dari lari keliling Gasibu (dulu Gasibu masih enak dipakai lari, sekarang udah ancur), sampai menaiki tanjakan dago. Dari tanpa beban, sampai pakai beban ransel diisi entah batu atau air kemasan. Berapa ya dulu beban yang harus dibawa? Berat deh. Mulai jalan kaki, lari, jalan jongkok. Duuuh, ampuuun .. Lalu harus ikut rock climbing (panjat tebing), rafting, perjalanan malam baca peta, camping. Diajari juga cara survival, mengenali daun-daun yang boleh dimakan. Cara membuat api.
Puncaknya adalah perjalanan selama 3 hari dua malam. Diakhiri dengan direndam di danau Ciwidey. Pelantikan deh! Bangga dong jadi anggota Pencinta Alam ☺
Kegiatan jadi anggota pencinta alam antara lain sering ikut menjadi tim medis bagi pencinta alam lain yang sedang Pendas atau mahasiswa yang sedang menjalani masa orientasi siswa. Paling semangat kalau disuruh ke ITB. Bisa cuci mata di kampus yang penghuninya mostly cowo kan? Hehehe ..
Salah satu syarat lain jadi anggota adalah melakukan pendakian ke gunung. Saya berkelompok bersama Mamat, Wian (mereka berdua sekarang jadi suami istri ☺), Indira, Tine, Dewi, Aldi dan Gamal. Dipandu oleh senior kami, Kang Adang. Kami memilih pergi ke Gunung Argopuro di Jawa Timur. Persiapan dimulai, dengan latihan fisik tiap minggu, menabung untuk biaya perjalanan.
Perjalanan dimulai dengan menggunakan kereta api. Persis di 5 cm ☺. Kereta api ekonomi, jurusan Surabaya. Merasakan tidur di lantai. Dari Surabaya disambung bis kecil ke Probolingo, lalu naik angkot ke kaki Argopuro. Saya lupa, perjalanan ke puncak Argopuro dan kemudian turun lagi mungkin sekitar 3-4 hari deh. Kemana ya foto-fotonya? Duh, dulu belum jaman FB atau instagram, jadi cuma bisa foto yang dicetak dan entah di mana sekarang.
Naik gunung berikutnya ke Gunung Gede. Cuma sekedar jalan-jalan saja melihat sunrise. Fotonya juga entah di mana. Hiks. Gunung Gede tidak terlalu sulit medannya, bisa ditempuh dalam satu hari perjalanan tanpa perlu menginap. Tapi kalau diajak naik lagi sekarang, ampun, nyerah duluan deh.
Nah, inginnya sih, anak-anak saya ada yang ngikutin jejak saya gitu jadi pencinta alam. Karena saya belajar sangaaaat banyak di situ. Belajar hidup seadanya. Naik truk, angkot, jalan kaki. Tidur di rumah penduduk, di tenda, tidak ada WC. Makan di warung, masak sendiri dengan kayu bakar. Segala kesulitan hidup yang perlu untuk dipelajari supaya selalu bersyukur pada Allah. Moga-moga setelah nonton 5 cm, anak-anak jadi tertarik deh ☺